BandungBandung Senin - Jumat 10:00-18:00 +62 811 - 232 - 1220
info@hipnoterapibandung.com
Pelopor
Terdepan di Bandung
Profesional
Praktisi berlisensi
Berpengalaman
Lebih dari 11 tahun
Hubungi Kami

“Dengan memperluas bahasa, kita akan mendistorsinya hingga bisa membungkus diri kita dan bersembunyi di dalamnya.” ~ Jean Genet

 

~ oOo ~

 

Bahasa dan Struktur Bahasa

Bahasa adalah salah satu keajaiban dalam peradaban manusia sebagai sarana komunikasi, mulai dari pra-sejarah dengan bahasa gambarnya sampai pada zaman modern sekarang ini yang menggunakan bahasa lisan dan tulisan yang dibakukan—bahkan melahirkan bahasa teknologi seperti coding atau bahasa pemrograman misalnya.

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan sebuah sarana untuk bersosialisasi dan bahasa mengambil peran tersebut. Di mana dulunya hanya dengan bentuk gambar-gambar di dinding gua, kemudian berganti dengan suara-suara lisan seperti sebuah kode tanpa penggunaan kata sampai pada akhirnya manusia mengenal pengucapan lisan dan simbol berupa huruf baku serta makna yang diucapkan. Sebuah proses yang panjang, bukan! Ratusan bahkan ribuan tahun lho!

Melalui bahasa ini juga, ilmu pengetahuan tersebar ke seluruh pelosok dunia. Ilmu pengetahuan yang awalnya hanya tersampaikan secara lisan dengan satu bahasa saja dapat tersebar dengan bentuk tulisan dan berbagai bahasa lainnya (selain bahasa aslinya). Dan akhirnya dari satu ilmu pengetahuan ini melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru.

Namun tema kali ini bukan tentang pelajaran sejarah dari bahasa atau pelajaran bahasa itu sendiri ya, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa lainnya, melainkan penggunaan struktur bahasa dalam kerangka terapi/konseling/coaching yang digunakan oleh seorang praktisi kesehatan mental-emosional seperti saya dan juga bahasa yang digunakan oleh klien.

Dengan mencermati penggunaan struktur Bahasa, kita bisa dengan mudah mengetahui karakter dan cara pemrosesan informasi dari klien, seperti apa struktur bahasa klien—penggunaannya dalam berkomunikasi atau percakapan, dengan bahasa pula kita menyusun kalimat yang akan kita gunakan sesuai dengan karakter serta preferensi atau cara pemrosesan informasi klien.

Lalu, mengapa penggunaan struktur bahasa ini harus diterapkan dalam berkomunikasi bersama klien?

Jawabannya sederhana, yaitu untuk memudahkan kita sebagai terapis dalam keseluruhan proses, mulai dari penerimaan klien hingga paska penanganan, Ya betul, memudahkan kita untuk memberi berbagai pemahaman yang benar, mulai dari pemahaman mengenai permasalahan klien, teknik terapi yang digunakan, proses penanganan hingga pemahaman mengenai hasil proses penanganan.

Jangan salah teman-teman, dengan memberikan semua pemahaman tersebut akan memuluskan jalannya rangkaian proses dari A sampai Z, meski di tengah proses ada kendala namun itu tidak terlalu mengganggu, berbeda jika kita tidak memberikan pemahaman di awal atau pemahaman diberikan tetapi tidak secara benar, gangguannya akan terasa lebih besar dan rumit.

Nah, disini dapat terlihat perbedaannya antara klien yang memahami rangkaian proses dengan klien yang tidak memahaminya, dan ini memerlukan adanya sebuah struktur bahasa yang tepat—yang sesuai dengan preferensi pemrosesan informasi dari klien itu sendiri.

 

Mengenal VAKOG

Dari tadi saya terus menyinggung tentang preferensi, nah dalam keilmuan Neuro-Linguistic Programming (NLP) preferensi tersebut dijadikan salah satu sub-modalitas yang dikenal dengan istilah VAKOG yang merupakan kepanjangan dari Visual, Auditory, Kinaesthetic, Olfactory dan Gustatory.

Setiap istilah tersebut mewakili penginderaan manusia, Visual mewakili indera penglihatan, Auditory mewakili indera pendengaran, Kinaesthetic mewakili indera perasa/sensasi tubuh, Olfactory mewakili indera penciuman, dan terakhir adalah Gustatory mewakili indera pengecap.

Perilaku seseorang yang menunjukkan proses internal seperti apa yang terjadi dalam dirinya disebut accessing cues. Terdapat banyak accessing cues yang bisa dipertimbangkan sebagai indikator dari representational system yang digunakan seseorang dalam menerima informasi.

Beberapa accessing cues ini ketika digunakan secara personal mungkin tidak begitu memberi nilai, namun ketika penggunaannya dikombinasikan dengan accessing cues lainnya, ternyata dapat memberikan pandangan berharga bagi cara berpikir seseorang, cara akses dan proses informasi dalam pikirannya. Nah, berikut beberapa accessing cues diantaranya adalah:

  • Predikat
  • Eye Cues
  • Accessing Cues lainnya

Seperti apa ketiga accessing cues ini, kita bahas satu persatu.

 

Predikat

Predikat dalam NLP adalah bahasa, kata dan frasa yang kita gunakan—yang dapat menjadi indikator dari preferensi representational system. Di banyak kasus dimana sistem melalui informasi yang kita akses dicerminkan dalam pemrosesan kata yang kita gunakan untuk mewakili apa yang kita maksudkan dengan menggunakan kata-kata visual.

Berikut beberapa contoh kalimat yang mengindikasikan representational system yang digunakan seseorang:

Predikat Visual:

  • Saya melihat apa maksud yang ingin kamu sampaikan.
  • Warna lukisan itu sangat terang.
  • Demonstrasi Anda benar-benar membantu saya melihatnya dengan jelas.

Predikat Auditory:

  • Saya mendengar apa maksud yang ingin kamu sampaikan.
  • Warna lukisan itu sangat nyaring.
  • Penjelasan Anda benar-benar membantu saya masuk pada maksud yang dikandungnya.

Predikat Kinaesthetic:

  • Saya menangkap apa maksud yang ingin kamu sampaikan.
  • Warna lukisan itu sangat halus dan nyaman.
  • Cara Anda membawa saya melalui ini benar-benar membantu saya mendapat pegangan.

Predikat Yang Tidak Ditentukan

  • Saya dapat memahami apa maksud yang ingin kamu sampaikan.
  • Warna lukisan itu sangat bagus.
  • Penjelasan Anda benar-benar membantu saya merasakannya.

Ketika Anda mendengarkan seseorang berbicara dengan seksama, Anda akan menyadari jika mereka menggunakan kombinasi predikat-predikat dari kategori berbeda atau kombinasi dari representational system.

Namun seiring Anda mengembangkan kemampuan kepekaan dan observasi, Anda akan menemukan kemungkinan adanya representational system yang dominan dalam penggunaannya yang biasa disebut Primary Representational System  atau sistem representasi utama.

Sebagai contoh, katakanlah seseorang yang Visual ingin makan mie yamin, dalam benaknya sudah ada data yang tergambarkan bahwa mie yamin yang enak itu tampilannya harus seperti dalam foto-foto di media sosial misalnya, namun untuk membuktikan mie yamin itu benar-benar enak sesuai gambaran yang ada di benaknya, ia harus datang ke tempat penjualnya, ternyata ketika ia sampai di sana disuguhi tampilan gerai yang meyakinkan, pedagangnya ramah dan bersih (visual), lalu ada musik yang terdengar menambah kesan nyaman (auditory), ruangan sejuk dengan adanya kipas angin yang memadai (kinaesthetic), aroma harum ketika pedagang mengolah makanan (olfactory) dan terakhir ketika mencoba mencicip mie yamin ternyata rasanya enak sekali (gustatory), maka lengkaplah sudah informasi yang awalnya hanya dari foto-foto atau gambaran mengenai mie yamin yang enak itu dengan kenyataan di lapangan.

Pun demikian dengan seseorang yang dikatakan orang Auditory ataupun Kinaesthetic (lagi-lagi kita kesampingkan Olfactory dan  Gustatory), tidak ada yang benar-benar total atau mutlak, mereka hanya dominan. Jadi, janganlah terjebak dengan label-label tersebut!

 

Eye Cues

Cara lainnya untuk mengetahui representational system seseorang selain dari predikat adalah dengan gerakan mata atau eye cues. Namun cara ini tidak dapat digeneralisasi, ada beberapa kasus dimana arah gerakan mata yang sama—akan berbeda atau berlawanan artinya antara orang yang ortodok dengan orang yang kidal. Hal ini terjadi karena berbedanya pembentukan syaraf mata di kedua tipe orang tersebut yang akan mempengaruhi cara kerja otak dalam mengakses dan memproses informasi.

Nah, sekarang kita kesampingkan dahulu soal orang ortodok dan orang kidal, kita beralih pada 6 posisi/gerakan mata yang mengindikasikan representational system seseorang. 

  • Visual Remebered (VR); Posisi ini menandakan seseorang sedang mengingat gambaran yang pernah mereka lihat atau pernah mereka visualisasikan sebelumnya, sedangkan posisinya berada di kanan atas.
  • Visual Constructed (VC);Posisi ini menandakan seseorang sedang membuat atau menciptakan gambaran di dalam pikirannya, gambaran yang belum pernah mereka lihat sebelumnya atau mereka pernah melihatnya di masa lalu, sedangkan posisinya berada di kiri atas.
  • Auditory Remembered (AR);Posisi ini menandakan seseorang sedang mengingat suara yang pernah mereka dengar sebelumnya, sedangkan posisinya berada di kanan tengah (seperti orang yang sedang melirik). Suara ini bisa terdiri dari berbagai bentuk atau range yang berbeda.
  • Auditory Constructed (AC);Posisi ini menandakan seseorang sedang mencoba mencipta suara atau serangkaian suara yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, sedangkan posisinya berada di kiri tengah (seperti orang yang sedang melirik).
  • Auditory Digital (AD);Posisi ini menandakan seseorang sedang mencoba mengakses dialog batin atau berbicara pada diri sendiri, sedangkan posisinya berada di kanan bawah.
  • Kinaesthetic (K);Posisi ini menandakan seseorang sedang mencoba mengakses perasaan yang ada dalam dirinya, sedangkan posisinya berada di kiri bawah. Ketika sebuah emosi yang mungkin saja sebuah perasaan yang mencoba menggali kembali sensasi sebuah sentuhan.

Untuk mengetahui bagaimana VAKOG dan Struktur Bahasa Dalam Kerangka Penanganan itu dilakukan, pembahasannya akan termuat di artikel bagian 2.

Leave a Reply