“Sebuah respon emosi bisa saja sama tetapi respon emosi itu memiliki akar masalah yang mungkin saja berbeda.” ~ Iman Mulia Santosa
~ oOo ~
Ada saja klien yang datang dengan harapan semua masalahnya kelar dalam satu sesi saja. Tentunya setiap orang boleh saja memiliki harapan, namun dalam sebuah penanganan permasalahan, kami para hipnoterapis di Sayaga Hipnoterapi Bandung hanya bisa memfasilitasi satu permasalahan dalam setiap penanganan, itulah mengapa kami selalu memetakan permasalahan klien dan memformulasikan masalahnya, yaitu: “apa masalah yang klien rasa sangat mengganggu kehidupannya?”
Untuk lebih jelasnya mengenai Formulasi Masalah ini, yuk kita bahas…
Formulasi Masalah
Formulasi Masalah adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengetahui apa akar masalah yang klien alami, faktor pemicu respon yang tidak sesuai, dan hasil akhir yang diharapkan.
Formulasi masalah inilah yang membuat proses penanganan menjadi terarah tanpa keluar dari permasalahan yang disampaikan oleh klien di awal proses.
Namun meskipun Formulasi Masalah dapat menjaga proses tetap terarah, ada saja potensi proses yang sedang berjalan sedikit keluar jalur. Hal ini dikarenakan begitu dinamisnya sebuah proses penanganan.
Dalam sebuah proses penanganan penuh dengan “kejutan”, inilah yang menjadikannya dinamis. Tapi bukan berarti sangat mengganggu ya… “kejutan” ini memberikan data dan informasi yang baru dan melengkapi yang sudah diberikan oleh klien di awal proses sehingga proses penanganan menjadi lebih optimal.
Yang menjadikan proses terganggu bukanlah “kejutan-kejutan” yang terjadi dalam proses melainkan ketidakmampuan terapis untuk menggali “kejutan” tersebut untuk menjadikannya data dan informasi baru yang dapat menjadi pelengkap dalam proses, selain itu faktor lain yang membuat proses penanganan terganggu adalah terapis tidak memiliki kendali atas jalannya proses sehingga tidak mampu mengembalikan jalannya proses ke jalur yang benar.
Apa saja fungsi formulasi masalah dan mengapa menjadi sangat penting dalam sebuah proses penanganan?
Akad Penanganan
Mengawali pembahasan mengenai fungsi dari formulasi masalah adalah sebagai akad penanganan. Bukan hanya nikah atau kredit lho yang ada akadnya! Dalam penanganan pun ada akad yang harus disepakati oleh terapis dan kliennya.
Akad penanganan yang merupakan kesepakatan bersama kedua belah pihak ini menjadi sebuah landasan pelaksanaan proses penanganan agar tidak menjadi “miskomunikasi” antara terapis dan klien.
Maksudnya begini, yang namanya klien ketika datang pada terapis dengan harapan semua masalahnya beres alias borongan. Sedangkan terapis—utamanya kami di Sayaga Hipnoterapi Bandung, hanya fokus pada satu permasalahan saja. Disinilah dibutuhkannya akad penanganan yang menjadi jembatan antara harapan klien dengan penanganan dari terapis.
Sebagai contoh, klien datang dengan keluhan emosi tertentu—klien memiliki harapan semua permasalahan yang menyebabkan emosi tertentu itu terselesaikan, namun pada kenyataannya setiap respon (baik itu emosi ataupun perilaku) selalu ada pemicu spesifiknya, jadi tidak bisa diborong sekaligus karena pemicunya pastilah berbeda.
Adakalanya satu pemicu dapat “mempengaruhi” pemicu lainnya, artinya satu permasalahan dengan pemicu spesifik terselesaikan menyebabkan permasalahan yang sama dengan pemicu spesifik yang berbeda ikut pula terselesaikan. Namun dalam hal ini tetap saja terapis hanya bisa fokus pada satu pemicu spesifik saja.
Terapis harus pandai menjelaskan dan memberikan pengertian tentang hal ini kepada kliennya agar klien dapat memahaminya dengan baik untuk kemudian memutuskan akan fokus pada pemicu yang klien ingin bereskan atau pemicu yang di rasa lebih “mengganggu” kehidupannya.
Setelah memutuskan fokus pada permasalahan spsesifiknya, maka terapis dan klien bersepakat untuk menyelesaikan permasalahan dengan disertai respon ideal yang diharapkan oleh klien.
Dengan akad yang telah disepakati, maka proses penanganan akan berjalan sesuai akad. Dan apabila di kemudian hari ada komplain, terapis pertama-tama akan menanyakan, bagaimana respon klien atas pemicu spesifik yang telah diselesaikan melalui proses penanganan?
Jika klien menjawab permasalahan dengan pemicu yang lalu sudah sesuai harapannya berarti masalah klien sudah selesai dan komplain klien bukan dari pemicu yang sama melainkan pemicu yang lain. Terapis dalam hal ini tidak bertanggung jawab karena respon klien tersebut muncul dari pemicu yang lain.
Namun jika klien menjawab permasalahannya dengan pemicu yang lalu masih sama atau tidak sesuai harapannya, berarti ada yang salah dalam proses penanganan dan itu sepenuhnya tanggung jawab dari terapis untuk kembali melakukan evaluasi letak kesalahan tersebut—yang kemudian kembali melakukan penanganan berdasarkan kesalahan yang sudah di identifikasi.
Pemetaan Masalah
Fungsi selanjutnya dari formulasi masalah adalah untuk memetakan masalah yang dihadapi oleh klien. Ya.. yang namanya peta tentunya untuk memberikan kita wawasan dan gambaran lengkap mengenai apa yang akan kita lalui.
Begitu pula dalam sebuah proses penanganan, dibutuhkan adanya sebuah peta yang dapat memberikan gambaran apa yang menjadi masalah, di situasi apa masalah tersebut muncul, dan arah yang akan di tuju dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Pemetaan masalah inilah yang membuat semuanya menjadi jelas—proses penanganan akan lebih terarah. Ingat ya, lebih terarah! Bukan lebih mudah! Karena seperti yang sudah sempat saya singgung sebelumnya, sebuah proses penanganan itu akan berlangsung sangat dinamis—yang membutuhkan terapis yang “mampu” dengan cepat beradaptasi dan menguasai keadaan.
Parameter Kemajuan
Dalam proses apapun, dibutuhkan yang namanya parameter sebagai acuan pengukuran kemajuan sebuah proses.
Dengan formulasi masalah sebagai parameter inilah yang menjadikan proses penanganan—yang sudah dilalui dapat diukur tingkat kemajuannya. Tentunya klien memiliki tugas untuk selalu memberikan laporan mengenai kemajuan atas penyelesaian masalah yang dialaminya, apakah sudah sesuai dengan parameter atau tidak?