“Health is not valued till sickness comes.”
~ Thomas Fuller ~
Cukup menarik ketika saya melihat masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali yang mendambakan atau menginginkan kesehatan murah atau bahkan gratis. Pemerintah juga tidak tinggal diam dan meluncurkan program jaminan sosial untuk kesehatan seperti BPJS Kesehatan. Tentu saja ketika kita bicara manfaat, saya yakin akan banyak masyarakat yang dapat mengambil manfaat dari program ini untuk kesehatannya. Namun apakah program ini berdampak baik bagi “pendewasaan” berpikir masyarakat Indonesia kebanyakan dalam bidang kesehatan?
Kalau kita mau jujur melihat saat ini, siapakah yang seringkali menginginkan kesehatan murah atau gratis? Pada kenyataannya hal tersebut banyak dikeluhkan oleh masyarakat golongan menengah kebawah. Dimana seolah-olah memang mereka tidak lagi mempunyai uang yang bisa dialokasikan untuk kesehatan mereka. Namun apakah benar hal ini yang menjadi permasalahan mereka mengenai kesehatan?
Tentu saja artikel kali ini bukan menitikberatkan kata “Murah” ataupun “Mahal” dari sudut pandang keuangan, namun tentu dari arti pengaruh kata tersebut dalam mental emosional kita. Dengan kata lain, dalam pandangan yang lebih dalam, kesehatan bukanlah sekadar soal biaya, tetapi juga seberapa besar kita menghargai diri sendiri. Mari kita telaah lebih jauh mengapa sehat itu harus mahal.
Murah dan Mahal sebagai Bentuk Penghargaan
Untuk lebih mudahnya bayangkan saja ketika Anda mendengar ada sebuah barang misalkan saja sebuah mobil, dengan merek yang sangat terkenal, namun dijual sangat murah, apa yang kemudian Anda pikirkan? Apakah Anda akan percaya begitu saja dan langsung membeli mobil tersebut?
Contoh lainnya bisa saja ada sebuah tas dengan merek yang terkenal atau bahkan sebuah rumah mewah diloasi pinggir jalan yang strategis, dan semua itu dijual sangat jauh dibawah harga pasar. Apakah Anda tanpa berpikir dua kali akan langsung membelinya?
Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya Anda sudah sadar bahwa kita mempunyai sebuah kemampuan untuk menilai sebuah kepantasan. Dimana “harga” yang diberikan akan selalu kita nilai kepantasannya, baik itu dari kualitas, kuantitas, prestige, lokasi dan kenyamanan, manfaat barang tersebut dan masih banyak lainnya. Sayangnya kemampuan ini berkurang jauh justru ketika kita sudah memiliki “barang” tersebut. Terutama penurunan ini terjadi ketika kita menerima “barang” tersebut tanpa usaha kita sendiri, misalnya saja pemberian orang, hadiah, dan lainnya.
Lalu bagaimana dengan kesehatan? Tentunya saya berharap, para pembaca artikel ini adalah orang-orang yang diberkahi dengan lahir dalam keadaan sehat, bagaimana anda meng-“hargai” kesehatan Anda? Ketika kita memandang sehat sebagai sesuatu yang murah, bukankah sebenarnya kita sedang menilai rendah diri kita sendiri. Menghargai kesehatan adalah bentuk penerimaan diri dan menghargai nilai kesehatan yang kita miliki. Ini adalah investasi dalam diri sendiri yang tidak bisa diukur dengan uang.
Dalam pandangan yang lebih dalam, kesehatan bukanlah sekadar soal biaya, tetapi juga seberapa besar kita menghargai diri sendiri. Mari kita telaah lebih jauh mengapa sehat itu harus mahal.
Kesehatan yang Baik Membutuhkan Perawatan yang Tepat
Kenapa harus mahal? Sebaliknya, kesehatan yang dianggap mahal membutuhkan perawatan yang tepat. Seperti ilustrasi sebuah batu, jika Anda diberikan sebongkah batu seberat 100 gram apakah Anda akan berniat untuk menyimpannya? apakah akan berpikir untuk membeli sebuah brankas demi mengamankannya? jujur saja, kemungkinan Anda akan membuangnya begitu si pemberi pergi. Namun, jika kita diberikan sebongkah emas seberat 100 gram yang harganya jutaan, apakah akan terjadi hal yang sama?.
Begitupula dengan kesehatan. Ketika kita menganggap sehat sebagai sesuatu yang tidak berharga, kita akan merasa bahwa semua harga kesehatan terlalu mahal. Namun, saat kita mengalami sakit, baru kita sadar betapa berharganya kesehatan. Kesehatan adalah investasi berharga yang perlu dijaga dan diperhatikan dengan baik.
Misalnya, ketika mata kita masih sehat, mungkin kita akan merasa bahwa biaya perawatan mata terlalu mahal. Namun, bayangkan jika kita kehilangan penglihatan dan harus membayar jutaan untuk memulihkannya. Apakah kita masih akan menganggapnya mahal?
Bukan Uang yang Kita Bicarakan
Tentu saja walaupun saya bilang “murah” dan “mahal” dalam judul artikel ini, tapi kemungkinan Anda sudah memahami bahwa “penghargaan”nyalah yang harus benar-benar kita pahami. Sayangnya seringkali pihak yang menuntut kesehatan murah atau bahkan gratis ini, ternyata memang karena tidak memahami “harga” sesungguhnya dari kesehatan tersebut. Seringkali saya dapatkan masih banyak yang terjebak dalam kebiasaan buruk seperti merokok, bergadang malam, makan sembarangan, tidak pernah olahraga, jarang minum air putih dan lainnya. Belum lagi ketika ada permasalahan mental emosional yang tidak kunjung mereka selesaikan.
Justru karena hal itulah saya menyampaikan bukang uang yang kita bicarakan, karena berapapun uang yang Anda miliki pada kenyataannya tidak bisa membeli kesehatan. Karena uang tidak bisa menggantikan tidur/istirahat, olahraga, makanan yang bergizi, pikiran yang tenang dan masih banyak lainnya.
Sebagai kesimpulan, seringkali kita menilai kesehatan terlalu murah saat masih sehat. Namun, pada kenyataannya, kesehatan adalah sesuatu yang mahal dan berharga. Kita harus belajar menghargai kesehatan kita setiap saat, tidak hanya ketika kita sakit. Ingatlah bahwa kesehatan adalah aset yang tidak ternilai, yang harus kita jaga dan rawat dengan baik.
Tentunya perawatan kesehatan Anda seperti berkonsultasi dengan dokter untuk permasalahan fisik dan mental emosional Anda menjadi salah satu jalan untuk menjaga harta kesehatan Anda yang berharga. Karena tentunya Anda juga harus jeli dalam memilih tenaga kesehatan yang bisa membantu Anda dalam menghadapi permasalahan fisik ataupun mental emosional Anda.