BandungBandung Senin - Jumat 10:00-18:00 +62 811 - 232 - 1220
info@hipnoterapibandung.com
Pelopor
Terdepan di Bandung
Profesional
Praktisi berlisensi
Berpengalaman
Lebih dari 11 tahun
Hubungi Kami

Hipnoterapi Untuk Masalah Mental Remaja

 

Sebagai seorang psikolog dan hipnoterapis, saya banyak menemui anak-anak muda yang sangat rentan sekali mengalami permasalahan kejiwaan. Mulai dari permasalahan pendidikan (beban tugas yang dirasa sangat banyak), permasalahan dengan dosen atau guru, permasalahan dengan teman, permasalahan dengan anggota keluarga, permasalahan LGBT, permasalahan tawuran antar gank atau sekolah, permasalahan dengan pasangan (pacar), permasalahan pergaulan bebas, hingga percobaan bunuh diri menyakiti diri sendiri (self injury) dan terlibat zat adiktif.

 

Kesemuanya di atas merupakan gambaran kecil betapa banyaknya permasalahan yang dihadapi para remaja pada saat sekarang ini yang berkaitan dengan permasalahan kejiwaan para remaja yang bisa kita temui, dan masih banyak lagi yang tersembunyi dan belum terungkap. Seringkali kita melihat berita di media sosial atau di TeleVisi mengenai hal di atas. Miris memang, semakin hari kasus-kasus di atas semakin bertambah jumlahnya. Belum lagi di ruang praktek saya yang juga semakin bertambah kasus yang harus saya tangani yang berkaitan dengan kesehatan mental para remaja. Dari sekian banyak jumlah kasus remaja yang harus saya tangani, hampir satu per tiganya sudah berada dalam kondisi disfungsional. Yang mana sudah dalam kondisi sulit diajak berkomunikasi, tatapan kososng, gangguan tidur, dan beberapa kasus sudah mulai bicara sendiri (memiliki dunianya sendiri). Tentu hal ini sudah bukan ranah saya sebagai seorang psikolog maupun hipnoterapis, namun ini sudah menjadi ranah psikister, dimana terapi yang dilakukan adalah harus menggunakan obat resep dokter.

 

Permasalahan kejiwaan ini tentunya tidak datang secara tiba-tiba, tapi biasanya diawali dari proses yang panjang. Keluarga adalah salah satu faktor yang berpengaruh bagi kesehatan mental remaja, dan keluarga adalah lingkungan utama yang membentuk kepribadian anak. di dalam keluarga inilah yang perlu mengajarkan dan menumbuhkan daya tahan anak terhadap stress dan kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Karena salah satu penyebab terbesar anak mengalami gangguan mental adalah kurangnya kemampuan meregulasi stress. Jika orang tua tidak mengajari kemampuan tersebut dan hal-hal lain yang diperlukan dalam pengasuhan agar anak kuat mental, maka anak tidak akan kuat dengan tekanan di zaman yang serba canggih dan instan seperti sekarang ini.

 

Ada beberapa hal yang melatar belakangi permasalahan kesehatan mental pada anak

  1. Adanya informasi dari media sosial yang membuat anak remaja memiliki banyaknya keinginan. Banyaknya keinginan pada anak dikarenakan adanya banyaknya informasi di media sosial yang membuat anak-anak menjadi konsumtif. Anak-anak seringkali membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain atau dengan teman-temannya yang sudah memiliki suatu barang yang sedang trend saat sekarang ini, sehingga ia terpacu untuk memilikinya juga. Sehingga anak-anak cenderung melakuan social comparison, sehingga banyak anak-anak menjadi iri melihat orang lain memiliki atau memakai sesuatu yang bagus. Sehingga munculnya keinginan untuk membeli atau memiliki sesuatu, namun keinginan ini tidak diimbangi dengan kemampuan untuk memilikinya. Semakin banyaknya keinginan dan semakin tidak dapat memenuhi keinginan tersebut, maka akan ada gap iatu kekecewaan. Kekecewaan yang membuat seseorang merasa tidak nyaman dan tidak bahagia yang tentunya akan menimbulkan kesedihan.

 

  1. Pola asuh

Pola asuh yang tidak mengajarkan anak untuk dapat membuat problem solving ( membuat penyelesaian masalah) juga akan membuat anak menjadi rentan terhadap kejiwaan mereka. Seperti segala sesuatu mudah diberikan kepada anak sehingga anak selalu berada di zona nyaman. Anak tidak diberikan tanggungjawab dan tidak diberikan kesempatan untuk membuat keputusan. Segala sesuatu ditaur oleh orang tua, sehingga membuat anak juga tidak mandiri.

 

Seluruh orang tua di muka bumi ini tentulah sayang pada anak-anak mereka, sehingga orang tua seringkali banyak yang menkhawatirkan akan terjadi sesuatu pada anak-anaknya. Namun mereka lupa, bahwa orang tua tidak selamanya ada untuk mereka, dan anak-anak ini kelak harus tetap hidup bertahan (mandiri) serta harus mampu bersaing di zaman yang sudah lebih maju ini. Karena orang tua khawatir pada anak-anaknya, sehingga orang tua banyak yang over protective dan ada yang membiarkan anak melakukan apa yang mereka mau/ sukai tanpa diberikan pengarahan tentang hal yang baik dan buruk bagi mereka.

 

  1. Permasalahan dalam keluarga seperti anak dari keluarga yang bercerai. Walau sebenarnya tidak semua anak yang korban perceraian akan mengalami permasalahan mental, masih banyak yang anak-anaknya baik-baik saja. Hal ini juga kembali lagi tergantung dari kedewasaan orang tua dalam mendidik anak dan menjelaskan permasalahan yang mereka alami bersama pasangannya kepada anak.

 

Seringkali saya sampaikan bahwa dibalik anak yang bermasalah ada orang tua yang belum selesai dengan permasalahannya, hingga orang tua kerap kali mengekspersikan kemarahan dan kekesalannya pada anaknya. Hal ini tentu akan menimbulkan perasaan negatif pada anak, anak akan merasa ditolak oleh orang tua dan anak akan memiliki pemahaman bahwa apa yang terjadi pada orang tuanya adalah karena keberadaan dirinya. Apalagi jika dalam kasus perceraian, salah satu orang tua menyampaikan bahwa ayah atau ibunya tidak sayang lagi dengan anak-anaknya. Hal ini dilakukan hanya karena ingin anaknya juga memiliki kebencian yang sama pada orang tua yang lain. Rasa kebencian ini seringkali ditularkan pada anak, dengan harapan anak juga ikut membenci ayah atau ibunya. Belum lagi jika anak melihat ekspresi kebencian dan kemarahan salah satu orang tuanya pada orang tua yang lain, maka anak akan menjadi bingung karena anak merasa sayang pada keduanya. Hal ini juga tentunya akan menimbulkan stress tersendiri pada anak.

Pada kondisi ini, anak biasanya memerlukan seseorang sebagai tempat untuk mencurahkan permasalahannya. Namun orang tua yang diharapkan oleh anak sebagai tempat mencurahkan isi hatinya, tampak tidak mampu mengakomodir kebutuhan anak. Sehingga yang terjadi muncul gejala psikosomatis atau gangguan psikologis lainnya, atau gangguan perilaku yang mengarah ke perilaku kriminal. Sehingga orang tua menjadi bingung harus bagaimana ketika anak-anak sudah terlanjur masuk ke dalam masalah kejiwaan mereka.

 

Apa solusinya jika hal ini terjadi? Segerakan mengkonsultasikannya kepada ahlinya seperti psikiater, psikolog dan hipnoterapis. Hipnoterap adalah salah satu psikoterapi yang akan dilakukan pada remaja yang memiliki permasalahan kejiwaan. Di sini yang akan dibantu untuk dilakukan hipnoterapi adalah apa yang dirasakan (hal negatif) oleh anak remaja dalam situasi tertentu, sehingga apa yang dirasakan berubah menjadi positif di dalam situasi tersebut. Misalnya; karena perceraian orang tuanya yang tentunya seringkali yang dipersalahkan adalah pihak ayah, anak merasa kecewa (tidak disayang) oleh ayah saat memikirkan tentang ayah. Hal yang ingin ia ubah tentunya adalah anak akan merasa biasa saja saat memikirkan ayahnya. Dari perasaan kekecewaan terhadap ayah dan merasa ayah tidak menyayanginya, membuat anak merasa ditolak oleh lingkungannya. Ia seringkali bermasalah dengan teman sebayanya dan ia merasa sepi sehingga  lebih menyukai bermain game’s dalam kamar.

 

Dalam teknik ini, anak akan dibantu mengungkapkan kekecewaannya kepada ayah. Di sini anak  akan diajarkan untuk mendapatkan pengalaman baru dalam memaknai kejadian di masa lalu tentang perceraian orang tuanya. Sehingga dari pemaknaan baru inilah ia menjadi paham dan kejadian yang sudah lampau yang dirasa menyakitkan bagi dirinya, peristiwa perceraian orang tuanya akan terkoreksi. Bahwa tidak ada yang salah pada dirinya, bukan karena ia yang salah jika orang tuanya berpisah, namun memang karena orang tua memiliki permasalahan yang mengharuskan mereka berpisah. Setelah dilakukan teknik terapi dengan cara hipnosis, maka diharapkan luka batin/ kekecewaan anak pada ayah akan hilang. Sehingga kehidupannya akan kembali normal, mampu menjalin relasi sosial dengan teman sebayanya dan tidak ada lagi perasaan sepi.

Leave a Reply