Permasalahan berat badan menjadi momok yang sangat banyak dibicarakan saat ini. Ditambah dengan kondisi kesehatan Indonesia yang masih banyak mengalami tantangan dalam dunia kesehatan akhir-akhir ini, dimulai dari covid, kemudian cacar monyet, hingga pada anak-anak terjadi gangguan hati dan pada saat artikel ini dibuat, Indonesia sedang dihebohkan dengan adanya dugaan kasus gangguan ginjal akut yang disinyalir akibat penggunaan obat-obatan tertentu.
Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa dunia kesehatan di Indonesia atau bahkan seluruh dunia pada umumnya sedang mengalami tantangan yang cukup dahsyat. Saya sendiri dalam praktik keseharian saya sebagai seorang dokter, juga mengamati memang adanya peningkatan jumlah angka kesakitan ataupun adanya peningkatan derajat kesakitan pada pasien-pasien saya.
Melihat fenomena ini tentunya “menggelitik” saya untuk lebih memahami apa saja faktor yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Salah satu hal yang cukup menarik adalah ada istilah bahwa “kesehatan dimulai dari pengendalian mulut”. Hal ini dapat diartikan bahwa secara tersurat kesehatan kita akan sangat dipengaruhi oleh kesehatan mulut kita dan secara tersirat bisa juga berarti apa yang kita makan ataupun seberapa banyak kita makan.
Di Indonesia, akses yang makin mudah dan biaya yang makin terjangkau atas makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, dan garam adalah penyebab utama malnutrisi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 memperkirakan satu dari lima orang dewasa, satu dari lima anak berusia 5-12 tahun, dan satu dari tujuh remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Bahkan dari riset ini jika dibandingkan dengan riset yang dilakukan pada tahun 2007, maka riset tersebut sudah menunjukkan kenaikan hingga sekitar dua kali lipat. Hal ini makin diperparah dengan adanya kondisi pandemi yang juga makin menyebabkan masyarakat sulit mendapatkan makanan dengan nilai gizi yang lengkap, hingga cenderung hanya memakan makanan yang berkalori tinggi.
Dari segi perilaku sendiri pun, saya juga banyak melihat sudah tidak banyak orangtua yang benar-benar memperhatikan nilai gizi dari makanan yang dimakan oleh anak. Orangtua sekarang cenderung hanya mementingkan anak harus makan dan sering memberikan makanan olahan seperti nugget,sosis dan makanan beku lainnya, dibandingkan memberikan makanan yang segar.
Berbagai hal ini tentu saja membuat kelebihan berat badan ataupun obesitas sangat mudah terjadi dalam masyarakat saat ini. Apalagi jika anak-anak dari kecil tidak dibiasakan untuk mempunyai pola makan yang sehat maka kemungkinan besar dia akan mengalami kelebihan berat badan ataupun obesitas dalam perkembangannya.
Karena itu dalam artikel kali ini saya akan membahas mengenai berat badan dan hipnoterapi sebagai salah satu modalitas penanganan yang bisa digunakan untuk mengatasinya.
Permasalahan Berat Badan
Sebelumnya perlu saya tegaskan disini bahwa yang akan saya bahas dalam artikel kali ini adalah masalah berat badan yang cenderung muncul akibat adanya perilaku yang bermasalah terhadap makanan tersebut, misalkan saja :
- Emotional Eating atau perilaku konsumsi makanan yang lebih disebabkan oleh kondisi emosional sehingga mendorong kita untuk makan walaupun sebenarnya kita tidak sedang dalam kondisi yang lapar.
- Craving atau kesukaan/kecanduan terhadap makanan tertentu biasanya yang manis ataupun gurih, dan mempunyai kecenderungan mengkonsumsi makanan tersebut melebihi kebutuhan tubuh sehari-hari.
- Perilaku lainnya yang menunjukkan bahwa adanya ketidakmampuan pengendalian diri dalam mengendalikan konsumsi makanan
Jadi kembali seperti yang telah saya sebutkan diatas maka bahasan kali ini kita akan lebih membahas mengenai perilaku yang akan berdampak pada kenaikan berat badan. Dimana perilaku-perilaku ini tentunya timbul dari adanya gangguan mental emosional yang ada pada diri seseorang.
Untuk kali ini kita tidak akan membahas kelebihan berat badan yang dikaitkan dengan faktor fisik seperti faktor genetik, atau bahkan kelainan organ. Karena memang ada yang mengatakan bahwa kelebihan berat badannya adalah dari faktor genetik yang diturunkan dari faktor keluarganya, dan alasan tersebut diperkuat dengan cerita bahwa orangtuanya juga mengalami kelebihan berat badan.
Namun dari segi pribadi hal tersebut saya belum pernah bertemu dengan klien yang berat badannya tidak bisa turun karena segi genetik. Saya juga mengatakan bahwa kasus yang tentu saja tidak bisa saya bantu adalah ketika klien saya tidak bisa mengkonsumsi makanan namun berat badannya bisa bertambah secara signifikan.
Kalau dia tidak makan dan berat badannya masih turun maka saya akan mengatakan bahwa masih memungkinkan untuk dibantu. Hal selanjutnya baru tergantung dari niat dan komitmen dari klien tersebut untuk mengikuti program saya.
Hipnoterapi Untuk Permasalahan Berat Badan
Sebelumnya saya sudah membahas bahwa dalam pembahasan kali ini maka kita mengkhususkan pada permasalahan berat badan yang lebih terkait dengan hambatan atau gangguan mental emosional kita.
Jika kita melihat dari sudut pandang hipnoterapi maka perilaku-perilaku yang timbul dan menyebabkan kenaikan berat badan seharusnya bisa dikendalikan dengan baik sehingga tidak menimbulkan masalah. Namun pada kondisi ini tentunya terjadi ketidakmampuan pengendalian diri yang baik sehingga berakibat pada perubahan fisik, dalam hal ini adalah kenaikan berat badan.
Kembali dari sudut pandang hipnoterapi, ketidakmampuan pengendalian diri yang baik ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti :
- Perilaku makan yang berlebihan menjadi pengganti dari kebutuhan mental emosional yang tidak terpenuhi.
- Perilaku makan yang berlebihan menjadi pelarian dari kondisi yang bisa saja memberikan tekanan/stres yang cukup berat bagi kita.
- Adanya “kebocoran” energi yang menyebabkan kita tidak mempunyai energi yang cukup untuk mengendalikan diri kita dalam kehidupan sehari-hari
Begitulah beberapa kemungkinan yang menyebabkan ketidakmampuan diri untuk mengendalikan perilaku kita, dalam hal ini perilaku mengkonsumsi makanan. Khusus untuk point no 3 saya akan menganalogikan cukup sederhana yaitu, cukup bayangkan saja anda sedang mengendarai kendaraan. Nah apabila kita dalam kondisi yang kurang tidur atau bahkan kelaparan sehingga energi atau tenaga dalam tubuh kita bisa saja kekurangan maka apakah anda bisa menyetir atau mengendalikan mobil tersebut dengan baik? tentu saja jawabannya tidak bukan.
Nah dari analogi tersebut tentu saja “kebocoran” energi yang dimaksud pada bahasan kali ini bukan dari penyebab fisik seperti kurang makan atau kurang tidur tadi, namun bisa saja diakibatkan oleh adanya trauma masa lalu ataupun adanya kebutuhan mental emosional yang tidak terpenuhi di masa kecil.
Hipnoterapi sendiri berperan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan mental emosional yang mengakibatkan perilaku tersebut timbul. Karena jika kita mengibaratkan hipnoterapi seperti obat, jika anda tidak demam maka tentu saja tidak membutuhkan obat demam, maka ketika perilaku dapat diibaratkan sebagai obat dari “penyakit” mental emosional yang ada pada diri kita, tentunya ketika “penyakit” mental emosional tersbeut sudah tidak ada dalam diri kita maka kita tidak akan membutuhkan perilaku tersebut sebagai “obat” dalam kehidupan kita.
Dalam melakukan hipnoterapi akan ada beberapa hal yang dilakukan untuk menangani sumber utama munculnya permasalahan mental emosional, mulai dari pengenalan masalah utama dari timbulnya gangguan mental emosional tersebut, pelepasan emosi dari kondisi masalah yang terjadi, pemaknaan ulang kejadian yang menimbulkan gangguan mental emosional tersebut, hingga penguatan kondisi mental emosional terhadap kejadian tersebut.
Dengan melakukan beberapa hal yang telah disebutkan diatas, maka hipnoterapi dapat membantu untuk “menambal” kebocoran energi yang dibutuhkan untuk dapat mengendalikan diri dengan baik, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mengatasi masalah penanganan berat badan tersebut.
Pada akhirnya juga kita menyadari bahwa sama seperti pada penyakit fisik, ketika kita katakanlah saja sedang sakit flu, namun kemudian kita istirahat, banyak minum, makan yang bergizi, mungkin ditambah dengan obat yang sekedarnya, lalu kita sembuh maka apakah kita masih perlu untuk pergi ke dokter? jawabannya tentu saja tidak.
Namun jika kita sudah lakukan semua diatas namun juga belum sembuh atau bahkan makin parah maka tentu saja jawabannya berkebalikan dari jawaban yang pertama.
Begitu pula dengan keluhan mental emosional. Ketika kita menyadari dan bahkan kemudian kita bisa melakukan perubahan pada diri kita yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut, tentunya kita tidak membutuhkan bantuan profesional di bidang kesehatan mental.
Namun jika ternyata masalah mental emosional tersbeut semakin berkembang, atau bahkan seperti yang kita bahas dalam artikel ini, sudah mempengaruhi hingga ke fisik kita, seperti kegemukan atau bahkan hingga timbul penyakit kronis lainnya seperti darah tinggi, gula atau jantung sekalipun.
Maka sudah selayaknya kita berpikir untuk mendapatkan bantuan profesional untuk membantu kita menemukan dan menyelesaikan sumber permasalahannya secara menyeluruh.
Harapan saya artikel ini dapat memberikan gambaran mengenai diri kita dan kondisi pola pikir kita. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalani kehidupan kita.
Salam Eling, Waspada, Lan Sayaga
(diolah dari berbagai sumber)